Tuesday, May 22, 2007

KESEHATAN

TETANUS/ KANCING GIGI
Oleh : JENITA MANIK


Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling berisiko menyebabkan kematian bayi baru lahir. Sekitar 9,8 persen dari 184.000 kelahiran bayi di indonesia menghadapi kematian. Pada tahun 1980an, Tetanus menyebabkan bayi usia dibawah satu bulan meninggal dengan data yang paling tinggi. Bisa dikatakan, 100 persen bayi yang lahir terkena Tetanus akan mengalami kematian.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak mengatakan bahwa telah terjadi Kejadian LUAR BIASA (KLB) Tetanus NEONATORUM menyusul adanya peningkatan kasus penderita pada Februai-April yang menewaskan lima bayi, sesuai petunjuk dari pusat, kalau terjadi satu kasus Tetanus saja sudah dinyatakan KLB. Apalagi kalau sudah lima kasus. WHO menunjukkan kematian akibat Tetanus di negara berkembang 13 kali lebih tinggi di banding negara maju.

Penyebab Tetanus
Clostridium tetani dijangkiti melalui manusia, kuda dan hama, berdarah panas, saluran usus, luka dan spora tanah, najis mengandung bakteri ini. Resiko penyakit Tetanus amat tinggi, jika kecedera berpuncak daripada objek runcing dan tajam seperti jarum, paku atau duri yang berkemungkinan mencucuk spora jauh ke dalam kulit. Di negara maju, kasus Tetanus jarang ditemui. Karena penyakit ini terkait erat dengan masalah sanitasi dan kebersihan selama proses kelahiran. Kasus Tetanus banyak di jumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah.

Tanda-tanda Terkena Tetanus
Seseorang itu mendapat kancing gigi ialah kelesuan, ketegangan atau kekejangan, sukar mengunyah, otot semakin keras hingga terkancing gigi, susah tersenyum karena otot dadanya kaku atau terjadi kejang tenggorokan lebar, pengecutan otot yang kuat, kekejangan yang menyakitkan, keretakan tulang-tulang panjang, tulang belakang, kerenggangan tendon, kesukaran makan, kegagalan jantung. Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gangguan ringan, seperti suara berisik selama kejang seluruh tubuh terjadi penderita tidak dapat berbicara. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan pernafasan sehingga terjadi kekurangan oksigen , biasanya tidak terjadi demam, laju pernafasan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat.

Upaya Pencegahan Tetanus
Tetanus bisa dicegah dengan pemberian vaksin lewat imunisasi pada perempuan usia subur. Jika pemberian vaksin dilakukan saat luka Tetanus sudah muncul akan sia-sia. Pemberian imunisasi TETANUS TOXOID (TT) untuk perempuan usia subur adalah bentuk dari upaya meminimalkan angka kematian bayi. Pemberian vaksin DPWT untuk penanggulangan Difteria, Pertusis dan Tetanus. Jika bayi lahir harus diusahakan tempat dan alat pemotong pusar yang STERIL untuk mencegah terjadinya Tetanus. Untuk menentralisir racun, diberikan Immunogloblulin Tetanus, Antibiotik Tetrasiklin dan Penisilin diberikan untuk mencegab pembentukan racun lebih lanjut.

Bagaimana Jika Terkena Tetanus
Walaupun Tetanus merupakan penyakit berbahaya jika cepat diagnosa dan mendapat perawatan yang benar, maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu.
Jika anda terkena Tetanus pertama yang anda lakukan konsultasi dengan dokter dan perlu obat untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Biasanya penderita dirawat di Rumah Sakit dan ditempatkan dlaam ruangan yang tenang.
Setiap luka terutama luka tusukan yang dalam harus dibersihkan secara seksama karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri Clostridium Tetani. Jagalah Kebersihan Dimanapun Anda Berada, Itulah Kunci Pertama untuk Terhindar dari Tetanus.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://paramedik.bbfr.net/Tetanus-h10.html
2. http://duniashinichi.blogspot.com/2006/11/temuan-baru-toksin-tetanus-untuk.html
3. http://www.antara.co.id/arc/2007/4/28/lima-bayi-di-pontianak-meninggal-lantaran-tetanus/
4. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=91&idktg=20&idobat=&UID=2007509131352202.87.242.86
5. http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/05/nrs.20040405-01.id.html

No comments: